May 16, 2009

Pak Boed

A suspicious mind always looks on the black side of things -- Publilius Syrus

Pribadi yang selama ini dikenal santun, sederhana, rendah hati, pendiam namun cerdas itu telah berubah menjadi sosok yang menakutkan. Dalam waktu setengah bulan berbagai atribut yang bertolak belakang muncul di bermacam media dan ditelan mentah-mentah oleh masyarakat, termasuk para mahasiswa yang senang mendapat bahan baru untuk demo dan protes mereka. Entah itu gelar sebagai antek Amerika, agen neoliberal (whatever it means), suruhan IMF, penjual aset negara ke Barat, kolaborator asing, dll. Para politisi sampai sekelas Gus Dur pun angkat bicara menghujatnya, beberapa ekonom termasuk kolega sendiri ikut mengecamnya, apalagi para 'analis politik dan ekonomi' yang mencari uang dengan menjual diri ke siapa yang mampu membeli lebih mahal untuk fitnah-fitnah, bias, opini tanpa fakta, dan 'analisis gathuk mathuk' mereka. 

Pribadi yang saya maksud di atas adalah siapa lagi kalau bukan Prof Dr. Boediono, Gubernur BI yang baru saja mengundurkan diri karena dipilih menjadi partner SBY di pemilu presiden sebentar lagi. Sosok yang saya beruntung pernah mengenalnya secara pribadi dan sempat berinteraksi sebatas sebagai mahasiswa FE UGM bertahun-tahun yang lalu. Saya ingat beliau adalah pribadi teladan dan langka di tengah persaingan materi dan segala macam bentuk 'jor-joran' yang menimpa hampir semua dosen di fakultas yang populer dan banyak 'obyekannya' seperti FE, FH, Teknik, dll. Santun, sederhana, tak banyak bicara jika tak perlu, ngemong, ngayomi, pendengar yang baik dan tidak pernah meremehkan pendapat orang lain. Pokoknya benar-benar pribadi yang teduh dan meneduhkan. Mungkin hanya almarhum pak Mubyarto yang selevel beliau dan pantas menjadi guru teladan di FE UGM sepanjang masa, tidak hanya dari segi keilmuan tapi juga kematangan serta keteladanan sikap positif yang layak menjadi contoh bagi setiap insan akademisi dan semua murid beliau.

Di FE UGM dulu beliau lebih dikenal dengan panggilan akrab pak Boed MEc untuk membedakan beliau dari pak Budiono lainnya, yaitu pak Budiono Sri Handoko (yang dulu dikenal sebagai penulis buku terbaik matematika ekonomi di Indonesia bersama pak Prof Herman Johannes almarhum -- Pengantar Matematika untuk Ekonomi terbitan LP3ES). M.Ec. adalah gelar master pak Boed sebelum beliau meraih Ph.D. nya dari sekolah prestisius di bidang ekonomi dan finance -- Wharton School, University of Pennsylvania (dimana kemudian beliau terpilih sebagai salah satu Wharton's Influential People and Ideas di tahun 2007). Credentials beliau tidak hanya sebatas gelar akademi dari sekolah elite, tetapi juga produktivitas beliau di bidangnya termasuk karya tulis beliau berupa banyak buku ekonomi, termasuk buku-buku teks yang sangat populer karena mudah dicerna bahasa serta presentasinya, tanpa merendahkan kualitas subyek yang dibawakan. 

Oleh karena itu mengherankan sekali jika dalam waktu singkat media dan para pengamat begitu peduli untuk mendiskreditkan beliau. Why him and why now? Kenapa pada waktu beliau akan menjadi Menko Ekuin dan kemudian Gubernur BI semua media dan pengamat memuji prestasi, dedikasi, kebersihan dan kelurusan beliau --- berbeda 180% dibanding perlakuan terhadap beliau saat ini, hanya dalam waktu beberapa tahun saja? Bagaimana mungkin seorang ekonom sekaliber pak Boed dituduh menghamba ke ekonomi pasar bebas kreasi kapitalisme Barat dan membawa Indonesia ke dalamnya, sementara di masa pasca krisis ini justru negara-negara Barat malah mengetatkan pengawasan oleh negara serta kepemilikan negara dengan segala macam bentuk bail-outs, stimulus, stress-tests, kontrol yang super ketat, dll? 

Tanya juga kenapa sosok seorang jenderal yang jauh lebih high profile dibanding pak Boed dan yang berada dibalik pelanggaran HAM di masa lalu dan sekarang menjadi cawapres pula lepas dari investigasi semua pihak -- malah beberapa penjilat, termasuk seorang ekonom 'kagok' menghimbau masyarakat untuk melupakan masa lalu sang tokoh dan melihat masa depan yang dibawanya? Masa depan model apa? 

Agenda apakah yang sedang terjadi di kancah politik tanah air saat ini? Siapa mampu membayar semua bentuk publikasi media dan PR negatif serta kampanye penuh fitnah seperti ini. Sampai saya musti ketawa membaca kecaman lainnya terhadap pak Boed dari sisi lain. Beberapa politisi dan pengamat bertitah bahwa beliau 'kurang Islami' atau 'kurang mewakili umat Islam'.... Tunggu dulu, mungkin saya salah mengerti.... kita mencari calon wapres atau ketua MUI? Sejak kapan orang-orang ini pintar melihat dalam kalbu seseorang atas keislamannya dan memutuskan bahwa seseorang tidak cukup beriman dibanding yang lainnya. Pintar juga para pengecam ini menetapkan bahwa beliau tidak cukup islami dan membiarkan cawapres (dan capres) lain lepas dari tuduhan tak berdasar ini. Sejak kapan seorang pelanggar HAM lebih islami daripada pak Boed? Atau apakah seorang Wiranto yang selalu pakai peci terkesan lebih muslim karenanya dibanding pak Boed? Anyway, kalau memang pak Boed kurang islami kenapa perbankan syariah justru malah tumbuh pesat mulai kurun masa beliau menjadi Menko Ekuin?

Hanya dalam dunia politik negatif seperti demokrasi kita yang bebas tapi kebablasan ini seorang yang low profile, walk the talk dan lurus malah menjadi incaran hasutan, kecaman, hujatan dan tuduhan tak berdasar oleh para pengkritik yang bangun kesiangan. Yang jelas-jelas berdosa besar, penjilat, hipokrit, koruptor dan manipulator bisa tidur pulas dan melangkah lega bebas hambatan karena mereka bisa membeli PR yang mahal untuk memutarbalikkan fakta untuk kepentingan mereka. Berita ditutup dengan berita ditutup dengan berita ditutup dengan berita, dan lupalah masyarakat kita yang terkenal pendek daya ingatnya ini terhadap kebenaran sejati karena fakta telah berubah menjadi ilusi dan kebohongan menjadi santapan akhir di meja makan rakyat.

Pak Boed yang saya hormati, mudah-mudahan bapak selalu diberi kesabaran dalam menghadapi semua cobaan duniawi ini sebagaimana bapak telah berhasil melaluinya dengan baik sekali selama ini. Selamat berjuang untuk kebaikan negara, bangsa serta rakyat dan selamat bertugas!


Disclaimer: tulisan ini hanya mencoba meluruskan pemberitaan negatif terhadap pak Boed selama ini berdasar pengenalan saya mengenai beliau. Saya bukan simpatisan dan tidak pernah memilih Partai Demokrat serta tidak pula memilih SBY di pemilu lalu. 

PS. Tulisan positif mengenai pak Boed oleh ekonom Faisal Basri bisa dibaca di sini.

PS2. Facebook page-nya pak Boed bisa diakses di sini.